Jumat, 18 September 2015

AWALI DENGAN KORIDOR ADAB

Refleksi Pertemuan Perdana 

      Pada pertemuan perkuliah pertama filsafat ilmu diawali pengantar mata kuliah dengan berbagai perasaan bingung dan penasaran. Bagaimana tidak, karena ini merupakan materi perdana tentang filsafat yang saya dapatkan dan kesan yang timbul dari banyak orang mengatakan filsafat itu rumit, filsafat dapat menyesatkan pikiran, dan belajar filsafat bisa membuat orang menjadi “gila”. kesimpulannya, filsafat harus dijauhi. .
Namun, pendapat umum itu tidak selamanya benar. Artinya, pemikiran yang telah beku akibat pandangan sinis terhadap filsafat dapat didekonstruksi.

      Karenanya sebagai penuntut ilmu, selayaknya kita harus membuka wawasa serta menghargai suatu ilmu itu sebagai harta karun yang begitu berharga. Memiliki suatu ilmu berarti meninggikan derajat serta menjadikan seseorang lebih merendah terhadap ilmu yang dimilikinya. Norma, adab atau etika pun harus dimiliki dalam menuntut ilmu. Begitupula dalam mempelajarai filsafat yang merupakan merupakan suatu ilmu. Mengutip pendapat Imanuel Kant ( 1724 – 1804 ) : Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menjadi pokok dan pangkal dari segala pengetahuan yang didalamnya tercakup empat persoalan.
Apakah yang dapat kita kerjakan ?(jawabannya metafisika )
Apakah yang seharusnya kita kerjakan (jawabannya Etika )
Sampai dimanakah harapan kita ?(jawabannya Agama )  
Apakah yang dinamakan manusia ? (jawabannya Antropologi )

         Memiliki etika atau adab dalam mempelajari filsafat tujuannya agar tidak sampai pada kesimpulan sepihak serta tidak pula mebiarkan berpikir bebas. Sebab pada dasarnya filsafat ilmu merupakan olah pikir, sumber-sumber yang dipikir apa saja, bagaimana pembenaran dan logikanya, apa cakupan serta objeknya, dan metodologi maupun tata caranya. Sehingga adab atau tatacanya sebagai batasan pada pengantar perkuliahan ini.

       Adapun adab yang dimaksud dalam mempelajari filsafat ilmu yaitu adab yang memiliki koridor, dimana koridornya adalah spiritual dan mematangkan diri dari aspek psikologi. Dengan tetap berada pada koridor spiritual kita akan tetap pada koridor kebenaran dan tidak terbawa arus penafsiran bebas, seperti ungkapan

“bagaikan layang-layang
terbang jauh bergoyang-goyang
tertiup angin putuslah benang
maka pupus sudah dan hilang harapan”

    Sehingga koridor spiritual sangatlah penting sebagai pagar utama dalam mempelajari filsafat ilmu. Selain koridor spiritualitas diri, kematangan diri pun menjadi salah satu koridornya yang mana terkait dengan aspek psikologi. Aspek psikologi yang dimaksud disini ialah aspek psikologi diri dan orang dewasa. Dimana aspek psikologi diri ialah kesabaran, ketlatenan, keuletan, daya juang dan lain-lain dalam memahami filsafat ilmu. Sedangkan aspek psikologi orang dewasa merupakan cara mengambil keputusan dengan didasarkan tanggung jawab atas pilihan atau perbuatannya.

         Itulah pelajaran yang saya tangkap dan menyadari bahwa mempelajari suatu ilmu tidak hanya mempelajari sebatas materi, tetapi juga memahami adab atau etikanya. Sehingga pemilihan sudut pandang yang tak lazim dari filsafat dapat diubah dan menjadi pengantar yang menyenangkan untuk mempelajari dan memahami filsafat dalam konteks yang lebih luas, utamanya bagi kalangan akademisi.

1 komentar: