This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Minggu, 25 Oktober 2015

HIPOTESIS DAN INSTRUMEN PENELITIAN

Dalam penilitian seorang peneliti perlu merumuskan permasalahan dan dilanjutkan dengan merumuskan hipotesis penelitian sesuai dengan tinjauan pustaka. Untuk menguji kebenaran hipotesis penelitian diperlukan instrument penelitian yang tepat guna menggambarkan keadaan yang sebenarnya.
Oleh karena itu dalam tulisan kali ini akan dipaparkan hal-hal yang berkaitan dengan Hipotesis Penelitian dan Instrumen Penelitian yang merupakan hasil refleksi perkuliahan Metodologi Penelitian.

HIPOTESIS PENELITIAN

A.    Pengertian Hipotesis Penelitian
McGuigan (Sevilla, 1993) menyatakan bahwa hipotesis adalah pernyataan yang dapat diuji mengenai hubungan potensial antara dua atau lebih variabel. Maka dalam bentuk sederhana, hipotesis  mengemukakan pernyataan tentang harapan peneliti mengenai hubungan antar variabel-variabel dalam suatu persoalan
Menurut (Wagiran, 2014) hipotesis dibuat karena dua alasan: (1) hipotesis yang mempunyai dasar kuat menunjukkan bahwa  peneliti telah mempunyai cukup pengetahuan untuk melakukan penelitian di bidang itu, dan (2) hipotesis memberikan arah pada pengumpulan dan penafsiran data; hipotesis dapat menunjukkan kepada peneliti prosedur apa yang harus diikuti dan jenis data apa yang harus dikumpulkan. Dengan demikian dapat dicegah terbuangnya waktu dengan sia-sia

B.     Ciri-Ciri Hipotesis
Menurut Sevilla (1996) dan Best (1982) cirri hipotesis yang baik adalah
1.      Masuk akal (reasonable explanation). Hipotesis yang baik mengemukakan penjelasan yang masuk akal (reasonable explanation) dari kejadian-kejadian yang telah dan akan terjadi.
Hubungan antar variabel dapat terjadi melalui banyak cara: diantaranya hubungan sebab akibat dan perbandingan.
2.      Hipotesis harus dapat diuji. Oleh karenanya hipotesis dinyatakan dalam bentuk operasional.
3.      Hipotesis harus mengikuti penemuan studi terdahulu.
4.      Dinyatakan dalam rumusan yang sederhana dan jelas.
5.      Konsisten dengan teori atau fakta yang telah diketahui.

C.     Macam-Macam Hipotesis

 


        
  

1.      Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian mempunyai fungsi memberikan jawaban sementara terhadap rumusan masalah atau research question. Hipotesis ini pada umumnya tidak diuji dengan teknik statistic, namun merupakan jawaban sementara yang aakan menuntun peneliti untuk bertidak dilapangan. Hipotesis penelitian dapat dibedakan menjadi hipotesis induktif dan hipotesis deduktif

a.       Hipotesis Induktif
Dalam prosedur induktif, peneliti merumuskan hipotesis sebagai suatu generalisasi  dari hubungan-hubungan yang diamati. Maksud peneliti melakukan pengamatan terhadap tingkah laku, memperhatikn kecendrungan atau kemungkinan adanya hubungan-hubungan dan kemudian merumuskan penjelasan sementara tentang tingkah laku yang diamati itu.

b.      Hipotesis Deduktif
Berbeda dengan hipotesis sebagai suatu generalisasi  dari hubungan yang diamati, ada hipotesis yang ditarik deduktif dari teori. Hipotesis ini memiliki kelebihan dapat mengarah pada sistem pengetahuan yang lebih umum, karena kerangka untuk menempatkannya secara berarti ke dalam bangunan pengetahuan yang telah ada dalam teori itu sendiri. Peneliti dapat memulai penyelididkan dengan memilih sah satu teori yang ada dalam bidang yang menarik minatnya. Setelah teori dipilih, ia lalu menarik hipotesis dari teori ini. Pendekatan yang paling banyak dipakai ialah menggunakan cara berpikir deduktif untuk dapat sampai pada akibat-akibat logis dari teori yang bersangkutan. Deduksi ini keudian dijadikan hipotesis dalam studi penelitian.

2.      Hipotesis Statistik
Hipotesis statistik HANYA DIGUNAKAN jika kita mengambil sampel dari populasi, diuji menggunakan STATISTIK INFERENSIAL, yang tujuannya untuk menguji apakah sampel mewakili populasi atau tidak. Hipotesis statistik TIDAK WAJIB dilakukan jika: [1] kita mengambil data dari populasi (sensus), atau [2] kita tidak ingin melakukan generalisasi untuk membuktikan apakah sampel mewakili populasi atau tidak.
Hipotesis statistik secara umum  dapat dibedakan menjadi empat yaitu: hipotesis nhil, hipotesis riset, hipotesis alternative dan hipotesis pengarah.

a.       Hipotesis Nol/Nihil
Hipotesis nihil merupakan hipotesis yang menyatakn tidak ada hubungan, tidak ada pengaruh atau tidak ada perbedaan antara variabel yang diteliti.
b.      Hipotesis Riset
Peranan hipotesis riset adalah mengakomodasi substansi ide dari kajian teoritis jika hipotesis pertama jika hipotesis pertama atau hipotesis nihil gagal, maka hipotesis riset akan tidak ditolak.
c.       Hipotesis Alternatif
Hipotesis ini adalah harapan yang berdasarkan teori. Jika litelatur yang digunakan menyatakan bahwa penemuan-penemuan teknik belajar tertentu adalah efektif, maka kita harus membuat hipotesis yang sama atau harapan yang sama. Jika hasil survey menyatakan bahwa teknik pengajaran tersebut tidak efektif, hipotesis kita adalah hipotesis nol.
d.      Hipotesis Penyearah
Dalam hipotesis terarah peneliti sudah dengan berani dengan tegas menyatakan bahwa variabel bebas memang berpengaruh terhadap variabel terikat. Dalam hipotesis tidak terarah, peneliti merasakan adanya pengaruh, tetapi belum berani secara tegas menyatakan pengaruh tersebut namun baru menyatakan ada pangaruh.

D.    Fungsi dan Kegunaan Hipotesis
1.      Fungsi Hipotesis
a.       Untuk menguji teori
b.      Untuk mendorong teori
c.       Untuk menerangkan fenomena social

2.      Kegunaan Hipotesis
a.       Hipotesis memberikan penjelasan sementara tentang gejala-gejala serta memudahkan perluasan pengetahuan dalam suatu bidang.
b.      Hipotesis memberikan suatu pernyataan hubungan yang langsung dapat diuji dalam penelitian
c.       Hipotesis memberikan arah kepada penelitian
d.      Hipotesis memberikan kerangka untuk melaporkan kesimpulan penyelidikan.

Berdasarkan paparan diatas jika hipotesis ingin mengungkap korelasi antar variabel-variabel, maka hipotesis menjadi pengendali semua kegiatan peneliatian, termasuk penyiapan instrument.

INSTRUMEN PENELITIAN

Instrument merupakan alat bantu yang digunakan oleh peneliti guna mengumpulkan data dengan cara melakukan pengukuran. Instrumen penelitian sangat erat kaitannya dengan teknik pengumpulan data. Setiap teknik pengumpulan data akan memiliki bentuk instrumen yang berbeda pula. Maka dibawah ini akan disebutkan bentuk instrument berdasarkan jenis-jenisnya.

1.      Tes
a.       Pilihan ganda
b.      Menjodohkan
c.       Isian singkat
d.      Benar salah
e.       Uraian terstruktur (Higher order thinking skill)
f.       Uraian tak terstruktur
2.      Non tes
a.       Lembar observasi
b.      Pedoman wawancara
c.       Angket
Ø  Tertutup
Ø  Terbuka
d.      Daftar checklist
e.       FGD
Contoh Bentuk Istrumen Penelitian
a.      Bentuk Tes
KISI-KISI SOAL STUDI PENDAHULUAN PENALARAN ADAPTIF
Satuan Pendidikan      :                                                                                                                                                                               Semester                                            : 2
Mata Pelajaran             : Matematika                                                                                                                                                      Alokasi Waktu                                            :  2 x 40 menit
Kelas                                 : VIII                                                                                                                                                                       Jumlah Soal                                            : -
Materi
Indikator Variabel
Indikator Soal
No. Soal
Soal
Alternatif Penyelesaian
Bilangan Bulat

Semester I
Mampu menarik kesimpulan dari suatu pernyataan.
Siswa mampu menarik kesimpulan dari suatu pernyataan yang diberikan
4
Amin mendapat tugas dari guru Matematikanya untuk melakukan  ujicoba dengan mengambil beberapa bilangan. Kemudian Amin mengambil bilangan 736. Jumlah setiap angka (7 + 3 + 6) = 16. Kemudian Amin mengurangkan keduanya (736 – 16) = 720
Jumlah setiap angka dari 720 adalah (7 + 2 + 0) = 9 dan 720 dapat dibagi dengan 9 sehingga diperoleh 720 : 9 = 80

a.    Buatlah kesimpulan untuk pola matematika yang Amin lakukan.
b.    Apakah untuk bilangan 1756 dan 102, kesimpulan tersebut masih berlaku? Selidiki dan buktikan.

a.       Kesimpulannya adalah suatu bilangan jika dikurangi dengan jumlah setiap angka penyusunnya dan menghasilkan bilangan baru yang jika angka penyusunnya dijumlahkan akan menghasilkan bilangan kelipatan 9, maka bilangan baru tersebut dapat dibagi dengan 9.
Bukti kebenaran :
43 – (4 + 3) = 43 – 7 = 36
3 + 6 = 9 dan 36 : 9 = 4

b.      Bilangan 1756 – 19 = 1737
Jumlah angka penyusunnya = 1 + 7 + 3 + 7 = 18
18 dapat dibagi 9, berarti 1756 dapat dibagi 9.

Bilangan 102 – 3 = 99
Jumlah angka penyusunnya = 9 + 9 = 18
18 dapat dibagi 9, berarti 102 dapat dibagi 9.

Jadi, untuk bilangan 1756 dan 102, kesimpulan tersebut masih berlaku.


b.      Bentuk Non Tes
KISI-KISI INTRUMEN MOTIVASI
Satuan Pendidikan             :                                                                  Semester                                                                                                                                                   : 2
Mata Pelajaran                    : Matematika                                                                                                                                            Alokasi Waktu                                                     :  -
Indikator Variabel
Pernyataan
Jenis Pernyataan
No.
Butir Soal
1.     Keinginan mendalami materi
Saya sangat senang pada pembelajaran ini sehingga saya ingin mengetahui lebih lanjut pokok bahasan ini.

Positif
1
Pada awal pembelajaran ini, ada sesuatu yang menarik bagi saya.

Positif
5
Isi pembelajaran ini sesuai dengan minat saya

Positif
9
Halaman-halaman pembelajaran ini kering dan tidak menarik.

Negatif
13
Setelah membaca informasi pendahuluan, saya kesulitan mengetahui apa yang harus saya pelajari dari pembelajaran ini.

Negatif
17
Tulisan ini adalah hasil pengembangan diskusi Hipotesis dan Instrumen Penelitian bersama mahasiswa kelas PMat A PPs UNY 2015 pada mata kuliah Metodologi Penelitian yang dibimbing oleh ibu Dr. Heri Retnowati.


Senin, 19 Oktober 2015

KAJIAN TEORI, KERANGKA PIKIR, VARIABEL PENELITIAN (KAITAN & DEVENISI VARIABEL) & INDIKATOR PENELITIAN

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR INTUISI, DAN MOTIVASI BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING

Kajian Pustaka
1. Kemampuan Berpikir Intuisi (variabel terikat)
Fischbein mendefinisikan intuisi sebagai kognisi langsung yang melebihi diberikan fakta, sebagai "sebuah teori yang menyiratkan ekstrapolasi luar langsung informasi yang dapat diakses. Menurut Fischbein (1983, 1999) intuisi merupakan proses mental (kognisi) yang memiliki ciri-ciri tertentu. Pengetahuan atau pemahaman yang dibangun melalui proses intuisi ini disebut pengetahuan atau pemahaman intuitif. Lebih lanjut diungkapkan oleh Bert & Stuart Dreyfus (Klien, G. 2002) bahwa proses analisis dan intuisi dapat bekerja sama dalam pikiran manusia, sekalipun hasil kerja intuisi merupakan “hasil final”, sedangkan pemikiran analitis diperlukan untuk untuk memulai kecakapan baru.  Teori aturan intuitif memprediksi jawaban siswa dalam berbagai tugas dalam sains dan matematika.
Fischbein (1987) manawarkan sifat-sifat dari intuisi yang dipandang sebagai kognisi segera (immediate cognition). Adapun sifat-sifat atau karakteristik tersebut di antaranya; (1) self-evident, (2) intrinsic certainty, (3) perseverance, (4) coerciveness, (5) extrapolativaness, (6) globality, dan (7) implicitness
Adapun penjelasan untuk masing-masing indikator tersebut adalah sebagai berikut:
1.      self–evidence berarti bahwa konklusi yang diambil secara intuitif dianggap benar dengan sendirinya
2.      intrinsic certainty yang berarti kepastian dari dalam, sudah mutlak. Seperti halnya seseorang merasa bahwa pernyataan, representasi, atau interpretasinya, merupakan sebuah ketertentuan, untuk memastikan kebenarannya tidak perlu ada dukungan eksternal (baik secara formal atau empiris).
3.      perseverable yang berarti bahwa intuisi yang dibangun memiliki kekokohan atau stabil
4.      coerciveness yang berarti bersifat memaksa
5.      extrapolativeness yang berarti sifat meramal, menduga, memperkirakan.
6.      globality  artinya bahwa kognisi intuisi bersifat global, utuh, bersifat holistik yang terkadang berlawanan dengan kognisi yang diperoleh secara logika, tidak selalu berurutan dan berpikir analitis
7.      implicitness artinya tersembunyi, tidak tampak, berada dibalik fakta. Artinya dalam membuat interpretasi, keputusan atau konklusi tertentu atau dalam menyelesaikan masalah tidak dinyatakan dalam alasan atau langkah-langkah yang jelas (eksplisit) adakalanya kemampuan kognisi seseorang dalam menyelesaikan masalah bersifat implisit dan tidak dinyatakan melalui langkah demi langkah (step by step) seperti aturan inferensi dalam logika

2. Motivasi Belajar
Motivasi berawal dari kata motive (dalam bahasa Inggris) yang berasal dari kata “motion” yang berarti gerak atau sesuatu yang bergerak. Dengan demikian, motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak agar menjadi lebih aktif. Menurut Ngalim Purwanto (2006 : 70-71), setiap motif bertalian erat dengan suatu tujuan dan cita-cita. Makin berharga tujuan itu bagi yang bersangkutan, makin kuat pula motifnya sehingga motif itu sangat berguna bagi tindakan atau perbuatan seseorang.
Menurut Mc. Donald yang di kutip oleh Sardiman (2003: 198), motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Dari pengertian yang dikemukakan Mc. Donald ini mengandung tiga elemen penting yaitu; (1) bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu manusia, (2) motivasi ditandai dengan munculnya rasa dan afeksi seseorang, (3) motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan.
Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah sesuatu yang menyebabkan terjadinya suatu perubahan dalam diri individu yang mempengaruhi gejala kejiwaan, perasaan, dan emosi untuk melakukan sesuatu yang didorong oleh adanya tujuan, kebutuhan atau keinginan. 
Menurut Thursan Hakim (2000) yang dikutip Winastwan Gora dan Sunarto (2010 : 16), belajar adalah suatu proses perubahan perubahan didalam manusia, ditampakan dalam bentuk peningkatan kualitan dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir dan lain-lain.  Jadi dalam kegiatan belajar terjadinya adanya suatu usaha yang menghasilkan perubahan-perubahan itu dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung. Hal ini juga dikemukakan oleh Dimyati Mahmud (1989 : 121-122) yang menyatakan bahwa belajar adalah suatu perubahan tingkah laku baik yang dapat diamati maupun yang tidak dapat diamati secara langsung dan terjadi dalam diri seseorang karena pengalaman.
Motivasi belajar adalah sesuatu yang mendorong, menggerakan dan mengarahkan siswa dalam belajar (Endang Sri Astuti, 2010 : 67). Motivasi belajar sangat erat sekali hubungannya dengan prilaku siswa disekolah. Motivasi belajar dapat membangkitkan dan mengarahkan peserta didik untuk mempelajari sesuatu yang baru. Bila pendidik membangkitkan motivasi belajar anak didik, maka meraka akan memperkuat respon yang telah dipelajari (TIM Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI, 2007 : 141). Motivasi belajar yang tinggi tercermin dari ketekunan yang tidak mudah patah untuk mencapai sukses meskipun dihadang oleh berbagai kesulitan.
Menurut Sardiman AM (2003 : 83), motivasi memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus menerus dalam waktu yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai).
b. Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa). Tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin (tidak cepat puas dengan prestasi yang telah dicapai).
c. Mewujudkan minat terhadap bermacam-macam masalah untuk orang dewasa. (misalnya masalah pembangunan, agama, politik, ekonomi, keadilan, pemberantasan korupsi, penentangan terhadap setiap tindak kriminal, amoral dan sebagainya).
d. Lebih senang bekerja mandiri
e. Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin (hal-hal yang bersifat mekanis, berulang-ulang begitu saja, sehingga kurang kreatif).
f. Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin akan sesuatu)
g. Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu
h. Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal
 Jika ciri-ciri tersebut terdapat pada seorang siswa berarti siswa tersebut memiliki motivasi belajar yang cukup kuat yang dibutuhkan dalam aktifitas belajarnya. Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa siswa yang memiliki motivasi tinggi dalam belajar akan menunjukkan hal-hal sebagai berikut:
a. Keinginan mendalami materi
b. Ketekunan dalam mengerjakan tugas
c. Keinginan berprestasi
d. Keinginan untuk maju

3. Problem Solving
Menurut Gagne (dalam I Made Pait), problem solving learning merupakan belajar melalui pemecahan masalah di mana tipe belajar seperti ini dapat membentuk prilaku melalui kegiatan pemecahan masalah. Sedangkan Gulo (dalam Usman Effendi) mengatakan bahwa modelproblem solving adalah sebuah model pembelajaran yang mengajarkan penyelesaian masalah dengan memberi penekanan pada terselesaikannya suatu masalah secara menalar. Selain itu pula, Krulik and Rudnick (dalam Jamin Carson), problem solving adalah sarana yang digunakan oleh individu dalam menggunakan pengetahuan, keterampilan, dan pemahaman sebelumnya untuk memenuhi tuntutan situasi dan menerapkannya ke situasi baru dan berbeda.
Berdasarkan ketiga teori di atas maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran probem solving adalah model pembelajaran melalui pemecahan masalah yang memberi penekanan pada terselesaikannya suatu masalah secara menalar. Model penyelesaian masalah tentunya berbeda si setiap mata pelajarannya. Dalam hal ini, problem solving yang menjadi topik pembahasan difokuskan kepada pembelajaran matematika di jenjang sekolah. Pada pembelajaran matematika Branca, N. A (dalam Sumardyono) berpendapat bahwaProblem solving dalam pembelajaran matematika merupakan (a) problem solving sebagai tujuan (as a goal), (b) problem solving sebagai proses (as a process),dan (c) problem solving sebagai keterampilan dasar (as a basic skill).
Definisi Variabel
Berpikir Intuisi
kognisi langsung yang melebihi diberikan fakta, sebagai "sebuah teori yang menyiratkan ekstrapolasi luar langsung informasi yang dapat diakses (Fischbein).
Motivasi
sesuatu yang mendorong, menggerakan dan mengarahkan siswa dalam belajar (Endang Sri Astuti)
Problem Solving
belajar melalui pemecahan masalah di mana tipe belajar seperti ini dapat membentuk prilaku melalui kegiatan pemecahan masalah (Gagne)

Indikator Variabel
Berpikir Intuisi
1.   self–evidence
2.   intrinsic certainty
3.   perseverable
4.   coerciveness
5.   extrapolativeness
6.   globality
7.   implicitness
Motivasi
1. Keinginan mendalami materi
2. Ketekunan dalam mengerjakan tugas
3. Keinginan berprestasi
4. Keinginan untuk maju

Sumber Data
Berpikir Intuisi
Tes tertulis
Motivasi belajar
Angket

Hubungan Antar Variabel
Variabel Terikat
1.      Kemampuan berpikir intuisi
2.      Motivasi belajar
Variabel bebas
Pembelajaran problem solving

 
  
========================================================================

Analisis Hubungan Penerapan Kurikulum 2013 Berbasis Saintifik
Terhadap Prestasi Belajar dan Motivasi Belajar Siswa

Kajian Pustaka
1.                  Kurikulum 2013 dengan pendekatan saintifik

Kurikulum 2013 membawa perubahan mendasar peran guru dalam pembelajaran. Kurikulum 2013 mengharuskan guru berperan optimal dalam pembelajaran, seperti menghasilkan pembelajaran dalam suasana yang membuat siswa lebih aktif salah satunya pembelajaran dengan pendekatan saintifik.
Pembelajaran melalui pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sede­mikian rupa agar peserta didik secara aktif men­gonstruksi konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengiden­tifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipo­tesis, mengumpulkan data dengan berbagai tek­nik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan  mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang ditemukan.
Tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik didasarkan pada keunggulan pendekatan tersebut, antara lain: (1) meningkatkan kemam­puan intelek, khususnya kemampuan berpikir tingkat tinggi, (2) untuk membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah secara sistematik, (3) terciptanya kondisi pembelajaran dimana siswa merasa bahwa belajar itu merupa­kan suatu kebutuhan, (4) diperolehnya hasil be­lajar yang tinggi, (5) untuk melatih siswa dalam mengomunikasikan ide-ide, khususnya dalam menulis artikel ilmiah, dan (6) untuk mengem­bangkan karakter siswa.

2.      Prestasi Belajar
Menurut Sundari (2008) Prestasi belajar merupakan suatu hasil kegiatan yang terencana; jika kegiatan yang dilakukan cukup efektif, tentu hasilnya pun akan memuaskan. Prestasi belajar menurut Abin Syamsudin adalah kecakapan yang nyata dan actual untuk menunjukan kepada aspek kecakapan yang segera dapat didemonstrasikan dan diuji sekarang juga karena merupakan hasil usaha atau proses belajar yang bersangkutan dengan cara atau metode bahan atau materi yang telah dijalankan. Dengan demikian, prestasi belajar merupakan suatu hasil kegiatan berupa kecapakan yang diperoleh berdasarkan hasil atau proses belajar yang bersangkutan dengan cara atau metode bahan atau materi yang telah dijalankan.
Menurut Bloom pada kutipan Utari (2011) mengemukakan bahwa ada tiga macam ranah yang merupakan penggolongan hasil belajar yang perlu diperhatikan dalam setiap proses belajar mengajar :
1) Ranah kognitif mencangkup hasil belajar yang berhubungan dengan ingatan, pengetahuan, dan kemampuan intelektual.
2) Ranah afektif mencakup hasil belajar yang berhubungan dengan sikap, nilai-nilai, perasaan, dan minat.
3) Ranah Psikomotor mencakup hasil belajar yang berhubungan dengan keterampilan fisik atau gerak yang ditunjang oleh kemampuan psikis. 
Dalam penelitian ini, dibatasi pada ranah kognisi. Sedangkan khusus untuk ranah kognitif oleh Bloom dibagi menjadi 6 :
1) Kemampuan Pengetahuan
Ialah tingkat kemampuan yang hanya meminta responden (peserta didik) untuk mengenal atau mengetahui adanya konsep, fakta atau istilah-istilah tanpa harus mengerti atau dapat menilai/ menggunakannya dan yang dipelajari cenderung bersifat hafalan.
2) Kemampuan Pemahaman
Ialah tingkat kemampuan yang menuntut peserta didik mampu memahami arti atau konsep, situasi serta fakta yang diketahuinya. Dalam hal ini, peserta didik tidak hanya hafal tapi paham terhadap konsep.
3) Kemampuan Penerapan
Peserta didik dituntut kemampuannya untuk menerapkan apa yang telah diketahui.
4) Kemampuan Analisa
Peserta didik dituntut menguraikan atau menganalisa suatu integritas atau suatu situasi tertentu ke dalam komponen komponen atau unsur pembentuknya.
5) Kemampuan Sintesis
Kemampuan untuk menyatukan unsur-unsur atau bagian-bagian ke dalam suatu bentuk yang menyeluruh.
6) Kemampuan Evaluasi
Kemampuan berfikir evaluasi menuntut peserta didik untuk membuat penilaian tentang suatu pernyataan atau konsep, situasi dan sebagainya.

3.      Motivasi Belajar
Motivasi adalah suatu keadaan dalam diri individu yang menyebabkan seseorang melakukan kegiatan tertentu untuk mencapai tujuan (Hamalik, 2001). Buruknya motivasi belajar yang didapatkan merupakan satu dari beberapa faktor penyebab rendahnya hasil belajar sehingga menyebabkan menurunnya mutu pendidikan. Motivasi adalah dorongan, keinginan untuk melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan dengan memberikan yang terbaik pada dirinya demi tercapainya tujuan yang diinginkan (Sri Suyati, 2001). menurut Dimyati dan Mudjiono (1994) menyatakan, motivasi adalah dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia termasuk perilaku belajar. Dengan demikian, motivasi belajar adalah suatu keadaan dalam diri individu yang memberikan dorongan dan keinginan untuk melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan dengan memberikan yang terbaik pada dirinya demi tercapainya tujuan yang diinginkan.
Menurut Sardiman AM (2003 : 83), motivasi memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus menerus dalam waktu yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai).
b. Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa). Tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin (tidak cepat puas dengan prestasi yang telah dicapai).
c. Mewujudkan minat terhadap bermacam-macam masalah untuk orang dewasa. (misalnya masalah pembangunan, agama, politik, ekonomi, keadilan, pemberantasan korupsi, penentangan terhadap setiap tindak kriminal, amoral dan sebagainya).
d. Lebih senang bekerja mandiri
e. Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin (hal-hal yang bersifat mekanis, berulang-ulang begitu saja, sehingga kurang kreatif).
f. Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin akan sesuatu)
g. Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu
h. Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal
 Jika ciri-ciri tersebut terdapat pada seorang siswa berarti siswa tersebut memiliki motivasi belajar yang cukup kuat yang dibutuhkan dalam aktifitas belajarnya. Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa siswa yang memiliki motivasi tinggi dalam belajar akan menunjukkan hal-hal sebagai berikut:
a. Keinginan mendalami materi
b. Ketekunan dalam mengerjakan tugas
c. Keinginan berprestasi
d. Keinginan untuk maju

Definisi Variabel
Kurikulum 2013 berbasis saintifik
Penerapan kurikulum dengan proses pembelajaran yang dirancang sede­mikian rupa agar peserta didik secara aktif men­gonstruksi konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengiden­tifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipo­tesis, mengumpulkan data dengan berbagai tek­nik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan  mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang ditemukan.
Prestasi Belajar
prestasi belajar merupakan suatu hasil kegiatan berupa kecapakan yang diperoleh berdasarkan hasil atau proses belajar yang bersangkutan dengan cara atau metode bahan atau materi yang telah dijalankan.
Motivasi Belajar
suatu keadaan dalam diri individu yang memberikan dorongan dan keinginan untuk melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan dengan memberikan yang terbaik pada dirinya demi tercapainya tujuan yang diinginkan.

Indikator Variabel
Prestasi Belajar
Ranah kognitif
1.      Kemampuan Pengetahuan
2.      Kemampuan Pemahaman
3.      Kemampuan Penerapan
4.      Kemampuan Analisa
5.      Kemampuan Sintesis
6.      Kemampuan Evaluasi
Motivasi Belajar
a. Keinginan mendalami materi
b. Ketekunan dalam mengerjakan tugas
c. Keinginan berprestasi
d. Keinginan untuk maju

Sumber Data
Kurikulum 2013 berbasis saintifik
1.      Hasil observasi
2.      Hasil wawancara dengan guru
3.      Angket guru
Prestasi Belajar
Hasil tes siswa
Motivasi Belajar
Angket motivasi siswa

Hubungan Antar Variabel
Variabel Terikat
1.      Prestasi Belajar
2.      Motivasi Belajar
Variabel Bebas
Kurikulum 2013 berbasis saintifik



           Tulisan ini adalah hasil pengembangan diskusi kajian pustaka dan variabel penelitian bersama mahasiswa kelas PMat A PPs UNY 2015 pada mata kuliah Metodologi Penelitian yang dibimbing oleh ibu Dr. Heri Retnowati.