Senin, 11 Januari 2016
Pembahasan Uji petik Critique of Pure Reason
Uji petik dilakukan untuk mengetahui sejauhmana tingkat pemahaman mahasiswa terhadap filsafat. Uji petik sendiri dilakukan dengan memperlihatkan kepada mahasiswa soal dengan batasan waktu tertentu. Semuanya dianalisis dan dijawab hanya dengan satu kata yang merupakan inti pembahasan tiap soal yang dalam bentuk paragraf. Setelah menjawab soal, dilanjutkan dengan pembahasan jawaban. Disinilah letak menariknya ketika sola tersebut yang merupakan isi dari buku 800 halaman yang berjudul Critique of Pure Reason mulai dibahas.
Dalam buku tersebut Immanuel kant mengkritik empirisme, ia berpendapat bahwa empirisme harus dilandasi dengan teori- teori dari rasionalisme sebelum dianggap sah melalui proses epistomologi, itu merupakan penjelasan melalui bukunya yang berjudul critique of pure reason (kritik atas rasio murni). Arti penting Critique of Pure Reason adalah hendak menyelamatkan sains dan agama. Mula-mula sains itu dibuktikan absolute bila dasarnya a priori. Kemudian ia membatasi keabsolutan sains tersebut dengan mengatakan bawa sains itu naïf. Sains hanya mengetahui penampakan obyek. Sehingga sains dapat dipegang, tetapi sebatas penampakan obyek.
Menurut Kant, ruang dan waktu merupakan sesuatu yang subjektif. Ruang dan waktu itu seumpama kacamata yang tak bisa dipindah-pindahkan. Time (waktu) menurut Kant bukanlah pengalaman. Karana waktu merujuk pada kata "kapan" yang pastinya dipadankan dengan "di mana" (ruang). Sehingga ruang dan waktu merupakan satu kesatuan yang tak dapat dipisah. Bagaimana mungkin jika pengalaman hanya terjadi pada waktu saja, tanpa adanya tempat terjadinya. Tanpa ruang dan waktu, kita tidak bisa membuat pengalaman kita menjadi masuk akal. Tetapi unsur-unsur subjektif yang membantu kita memahami pengalaman bukan hanya ruang dan waktu belaka. Kant menjelaskan adanya berbagai ‘kategori’ yang kita mengerti melalui pemahaman kita tanpa tergantung pada pengalaman. Kategori-kategori ini mencakup berbagai hal seperti kualitas, kuantitas, dan hubungan. Semua ini juga adalah kacamata yang tidak bisa dipindah-pindahkan. Kita tidak dapat memandang dunia dengan cara lain selain menggunakan kategori kualitas, kuantitas, tersebut. Meskipun begitu, melalui kacamata yang tak bisa digerakkan ini, kita hanya bisa menyaksikan fenomena dunia; kita sama sekali tidak akan mampu mempersepsikan noumena, yakni sesuatu yang merupakan realitas sebenarnya dengan penalaran sejatinya yang mendukung atau membuat munculnya fenomena.
Adapun Inti dari isi buku yang berjudul Kritik atas Rasio Murni adalah sebagai berikut:
a. Kritik atas akal murni menghasilkan sketisisme yang beralasan.
b. Tuhan yang sesungguhnya adalah kemerdekaan dalam pengabdian pada yang di cita-citakan. Akal praktis adalah berkuasa dan lebih tinggi dari pada akal teoritis.
c. Agama dalam ikatan akal terdiri dari moralitas. Kristianitas adalah moralitas yang abadi.
Categories: Filsafat
0 komentar:
Posting Komentar