Refleksi Pertemuan Perdana
Pada pertemuan perkuliah
pertama filsafat ilmu diawali pengantar mata kuliah dengan berbagai perasaan
bingung dan penasaran. Bagaimana tidak, karena ini merupakan materi perdana
tentang filsafat yang saya dapatkan dan kesan yang timbul dari banyak orang mengatakan filsafat itu
rumit, filsafat dapat menyesatkan pikiran, dan belajar filsafat bisa membuat
orang menjadi “gila”. kesimpulannya, filsafat harus dijauhi. .
Namun, pendapat umum itu tidak selamanya
benar. Artinya, pemikiran yang telah beku akibat pandangan sinis terhadap
filsafat dapat didekonstruksi.
Karenanya sebagai penuntut ilmu,
selayaknya kita harus membuka wawasa serta menghargai suatu ilmu itu sebagai harta karun yang begitu berharga. Memiliki suatu ilmu berarti meninggikan
derajat serta menjadikan seseorang lebih merendah terhadap ilmu yang
dimilikinya. Norma, adab atau etika pun harus dimiliki dalam menuntut ilmu.
Begitupula dalam mempelajarai filsafat yang merupakan merupakan suatu ilmu.
Mengutip pendapat Imanuel Kant ( 1724 – 1804 ) : Filsafat adalah ilmu
pengetahuan yang menjadi pokok dan pangkal dari segala pengetahuan yang
didalamnya tercakup empat persoalan.
Apakah yang dapat kita kerjakan
?(jawabannya metafisika )
Apakah yang seharusnya kita kerjakan
(jawabannya Etika )
Sampai dimanakah harapan kita ?(jawabannya
Agama )
Apakah yang dinamakan manusia ?
(jawabannya Antropologi )
Memiliki etika atau adab dalam mempelajari
filsafat tujuannya agar tidak sampai pada kesimpulan sepihak serta tidak pula
mebiarkan berpikir bebas. Sebab pada dasarnya filsafat ilmu merupakan olah
pikir, sumber-sumber yang dipikir apa saja, bagaimana pembenaran dan logikanya,
apa cakupan serta objeknya, dan metodologi maupun tata caranya. Sehingga adab
atau tatacanya sebagai batasan pada pengantar perkuliahan ini.
Adapun adab yang dimaksud dalam
mempelajari filsafat ilmu yaitu adab yang memiliki koridor, dimana koridornya
adalah spiritual dan mematangkan diri dari aspek psikologi. Dengan tetap berada pada koridor spiritual kita akan tetap pada koridor
kebenaran dan tidak terbawa arus penafsiran bebas, seperti ungkapan
“bagaikan layang-layang
terbang jauh
bergoyang-goyang
tertiup angin putuslah
benang
maka pupus sudah dan
hilang harapan”
Sehingga
koridor spiritual sangatlah penting sebagai pagar utama dalam mempelajari
filsafat ilmu. Selain koridor spiritualitas diri, kematangan diri pun menjadi
salah satu koridornya yang mana terkait dengan aspek psikologi. Aspek psikologi
yang dimaksud disini ialah aspek psikologi diri dan orang dewasa. Dimana aspek
psikologi diri ialah kesabaran, ketlatenan, keuletan, daya juang dan lain-lain
dalam memahami filsafat ilmu. Sedangkan aspek psikologi orang dewasa merupakan
cara mengambil keputusan dengan didasarkan tanggung jawab atas pilihan atau
perbuatannya.
Itulah pelajaran yang saya tangkap dan
menyadari bahwa mempelajari suatu ilmu tidak hanya mempelajari sebatas materi,
tetapi juga memahami adab atau etikanya. Sehingga pemilihan sudut pandang
yang tak lazim dari filsafat dapat diubah dan menjadi pengantar yang
menyenangkan untuk mempelajari dan memahami filsafat dalam konteks yang lebih
luas, utamanya bagi kalangan akademisi.
Good Reflection. Go on..
BalasHapus